Bangka Barat, Babel (ANTARA) – Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memberdayakan para pemuda setempat untuk berkarya seni sebagai salah satu upaya melestarikan bahasa daerah.
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangka Barat Bambang Haryo Suseno di Mentok, Rabu, mengatakan pola kerja sama dengan kaum muda dalam pelestarian bahasa daerah antara lain melalui karya seni dalam bentuk lagu, karya tulis konten budaya lokal, film, video dan lainnya.
“Kita bekerja sama dengan Dewan Kesenian Kabupaten Bangka Barat untuk perekaman kompilasi lagu berbahasa daerah, selain itu ada juga dalam bentuk video yang diunggah melalui kanal media sosial dan pola lainnya,” katanya.
Setelah berhasil dengan beberapa program kerja sama itu, pihaknya juga sedang menyiapkan beberapa pola yang bisa diterapkan untuk pelestarian bahasa daerah agar mudah dipahami dan diminati generasi muda.
Menurut dia, saat ini anak-anak muda sudah mulai enggan menggunakan bahasa lokal yang dinilai kurang kekinian, padahal dari bahasa itu terkandung nilai-nilai pengetahuan dan nilai-nilai sosial yang tinggi.
“Kita akan mencoba beberapa pola yang bisa kita lakukan di tengah keterbatasan anggaran yang ada, misalnya dengan pola diskusi, penyebaran informasi dan publikasi dengan menyisipkan beberapa bahasa lokal agar lebih mudah dan nyaman dinikmati,” katanya.
Menurut dia, Bangka Barat memiliki banyak kosakata yang bisa memperkaya bahasa Melayu Bangka, atau bahkan bisa dimasukkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Berdasarkan data pada Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah 2025-2029, di Kabupaten Bangka Barat terdapat 18 bahasa yang biasa digunakan sehari-hari oleh masyarakat setempat. Dari 18 bahasa tersebut, bahasa Melayu Bangka menempati urutan pertama dengan jumlah penutur sebesar 72,5 persen, disusul bahasa Jawa 14,7 persen, bahasa Hakka 6,6 persen.
Bahasa Melayu Bangka yang ada di bangka Barat memiliki 14 ragam dialek, yaitu Kedale, Jerieng, Mentok, Telang atau Antan, Empeng, Ketapik, Klabat, Tumbek, Sembang, Betung, Sukau, Balar, Pangkalpinang dan Sungailiat.
“Pola pemberdayaan para muda ini selaras dengan semangat yang diusung Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melalui semboyan mengutamakan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah dan menguasai bahas asing,” katanya.