PANGKALPINANG – Tangannya bergetar halus saat menggenggam mikrofon. Sorot matanya teduh, sesekali berkaca-kaca, namun senyum tak pernah lepas dari wajahnya.
Dari gemerlap panggung musik yang pernah ia kuasai, kini Dewi Yull memilih panggung yang lebih sunyi, namun sarat makna: panggung kemanusiaan.
Di hadapan puluhan ibu-ibu yang memenuhi Ruang Mahligai, Rumah Dinas Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Kamis (18/9/2025), Dewi Yull tampil dalam Kajian Inspiratif serta Penggalangan Dana untuk Pembangunan Pesantren Tunanetra Indonesia dan Palestina.
Kali ini, ia berbicara bukan sebagai penyanyi legendaris, melainkan sebagai seorang ibu yang pernah ditempa ujian berat.
Dalam kajian bertajuk “Sejatinya Dunia ini Hanya Hak Pakai, Bukan Hak Milik”, Dewi Yull mengenang perjalanan hidupnya. Terutama saat Allah SWT mempercayakan seorang anak tunanetra dalam keluarganya.
“Ujian itu bukan untuk melemahkan, tapi untuk menguatkan. Anak saya yang tunanetra justru membuat saya lebih dekat kepada Allah SWT, lebih peduli dengan sesama,” ucap Dewi Yull lirih, namun penuh keyakinan.
Ruangan seketika hening. Beberapa hadirin tampak menahan haru, larut dalam kisah inspiratif yang ia bagikan.
Dari pengalaman pribadinya itulah, Dewi Yull kini aktif mendukung pembangunan Pesantren Tunanetra untuk seluruh Indonesia, termasuk di Kepulauan Bangka Belitung (Babel).
Proyek yang sudah rampung 50 persen itu diharapkan menjadi wadah pendidikan, sekaligus rumah harapan bagi anak-anak difabel di Negeri Serumpun Sebalai yang haus ilmu agama.
Tak berhenti di dalam negeri. Gaung kiprah Dewi Yull juga terdengar hingga ke luar negeri. Bersama Yayasan Ikatan Instruktur Pengajar Al-Qur’an dan Hadis (Ikpah), ia terlibat dalam misi kemanusiaan hingga ke Gaza, Palestina.
“Yayasan Ikpah telah menyalurkan donasi yang digalang dari seluruh wilayah Indonesia ke Gaza, Palestina. Nama Kepulauan Babel mungkin belum tertulis di dapur umum Gaza, tetapi pesantrennya justru ada di Kepulauan Babel. Itulah rencana Allah SWT. Orang Bangka selalu support,” ujarnya, menekankan pentingnya solidaritas lintas batas.
Dewi Yull menutup pesannya dengan ajakan sederhana: jangan lupa berbagi.
“Kalau punya Rp10 juta, sisihkan Rp250 ribu. Kalau punya Rp1 miliar, sisihkan Rp25 juta. Itu bukan berkurang, justru bertambah keberkahannya,” tutup Dewi Yull penuh semangat.
Kehadiran Dewi Yull sore itu menjadi salah satu dari sekian banyak bukti, bahwa ketabahan seorang ibu mampu melahirkan kekuatan besar: mengubah duka menjadi inspirasi, menyalakan harapan bagi banyak orang.
Turut hadir dalam acara tersebut, Ketua BKOW sekaligus Penasihat DWP Provinsi Kepulauan Babel; Noni Hidayat Arsani, Ketua DWP Provinsi Kepulauan Babel; Sri Hidayati Fery Afriyanto, serta Ketua Yayasan Ikpah Indonesia; Ustazah Rizki Amelia.