Bangka Barat, Babel (ANTARA) – Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menguatkan sinergisitas lintas instansi untuk mempercepat penurunan kasus tengkes.
“Masalah tengkes masih menjadi salah satu perhatian utama pemerintah, hari ini kita laksanakan rembug tengkes tingkat kabupaten untuk menguatkan beberapa program percepatan penanganan dan penurunan kasus tersebut,” kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Bangka Barat Sarbudiono di Mentok, Rabu.
Pada pertemuan itu, pemerintah mendorong seluruh pihak untuk bersama-sama menguatkan kerja sama dan menjalankan program yang telah disusun, salah satunya optimalisasi gerakan orang tua asuh sebagai upaya mencegah tengkes dan menurunkan prevalensi tengkes di Bangka Barat.
Pemerintah daerah bersama pemangku kepentingan lain terus berupaya menurunkan kasus tersebut dengan menguatkan kolaborasi bersama berbagai pihak.
Ia menjelaskan, saat ini sudah terlihat adanya penurunan jumlah kasus maupun secara persentase sehingga Kabupaten Bangka Barat yang sebelumnya berada di peringkat pertama di Babel, kini sudah turun di peringkat tiga.
Melalui program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), pemerintah ingin memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya dukungan keluarga dalam pencegahan kasus tengkes.
“Pada program yang kita jalankan ini, anak-anak dari keluarga kurang mampu dibantu makanan bergizi sehingga dapat menunjang pertumbuhan badan mereka,” katanya.
Wakil Bupati Bangka Barat Yus Derahman mengatakan semua pihak memiliki peran penting dalam mendukung program pemerintah menurunkan tengkes.
“Pemkab berharap partisipasi untuk membantu program percepatan penurunan tengkes, salah satunya program Genting,” ujarnya.
Program Genting diyakini mampu mengatasi permasalahan tengkes, khususnya yang menyasar para ibu hamil, ibu menyusui dan keluarga yang memiliki anak usia 0-23 bulan.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2024, prevalensi tengkes di Bangka Barat peringkat tiga se-Babel dengan jumlah persentase mencapai 19,6 persen, atau menurun satu persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 20,6 persen.
Meskipun demikian, berdasarkan data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) Februari 2025, di Bangka barat masih terdapat beberapa desa yang memiliki prevalensi tengkes tinggi, antara lain Desa Ibul 23,3 persen, Desa Berang 20,4 persen, Desa Peradong 21,7 persen dan Desa Simpangtiga 23,6 persen.
“Meskipun secara keseluruhan terjadi penurunan kasus, kami tetap akan berupaya menjalankan program yang telah disusun dengan baik agar kasus tengkes semakin berkurang. Melalui pertemuan hari ini kita berupaya agar hasil yang sudah diperoleh bisa menjadi bahan penting setiap kebijakan yang akan diambil untuk intervensi tengkes,” katanya.